Tentang Lautan Mendung
Di dalam kehidupan yang hanya sekali ini, saya sangat sering keliru dalam menyatakan sesuatu. Pikiran, ucapan, serta perilaku tak luput dari kekeliruan itu. Termasuk tulisan-tulisan yang coba saya muntahkan, semuanya memiliki potensi untuk salah dalam kepayahan.
Semoga kita panjang umur.
Namun, saya menyadari, membiarkan kekeliruan adalah proses dari belajar dan membaca kembali apa dan siapa kita di masa lalu. Sedemikian sehingga, siapa kita di masa sekarang adalah wujud dari pada kekeliruan yang dibenahi itu.
Lautan Mendung adalah nama yang saya sematkan untuk menghimpun apa-apa yang pernah saya tulis. Kiranya, saya mulai menulis dan berpuisi di tahun 2018. Melalui seorang perempuan, saya diajarkan menulis dan surat menyurat melalui kertas-kertas yang sekarang sudah membisu. Pesan itu berisi pergolakan batin dan rahasia-rahasia yang kami sembunyikan. Ia menuntun tulisan saya untuk peka terhadap apa yang saya lihat dan apa yang saya rasakan. "Meskipun pahit, bait puisi harus tampil sebaik mungkin untuk merepresentasikan luka", kami sepakat dengan kalimat itu.
Kemudian, setelah tak mengenalnya lagi, puisi itu tetap saya tulis.Terkadang salah alamat dan tertolak, namun kadang juga menyenangkan orang-orang.Adapun puisi-puisi, tidak semuanya adalah pengalaman dan hal-hal yang terjadi kepada saya. Beberapa saya pinjam dari kaca mata dan hidup orang lain untuk mendeskripsikan sesuatu yang coba saya pahami juga.
Tidak hanya puisi, saya juga mencoba representasi melalui tulisan lainnya. Melalui Lautan Mendung ini, saya mengumpulkan kembali semuanya. Menulisnya ulang tanpa banyak yang saya ubah kecuali ejaan, tata bahasa, dan ritme dari bait-baitnya. Meskipun banyak nama-nama yang tersemat, tulisan-tulisan di sini tidak dipersembahkan untuk siapapun. Saya menulisnya untuk diri saya sendiri. Ketika tua nanti, sebagai manusia saya berpotensi untuk pikun. Semoga saja, tulisan-tulisan di sini mampu menjembatani masa tua saya dengan indahnya hidup bersama anda-anda sekalian.
Semoga kita panjang umur.